Trump Sebut Pelaku Penembakan Massal California 'Pemuda Sakit'

Sabtu, 10 November 2018 - 06:14 WIB
Trump Sebut Pelaku Penembakan Massal California Pemuda Sakit
Trump Sebut Pelaku Penembakan Massal California 'Pemuda Sakit'
A A A
CALIFORNIA - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan pelaku penembakan massal yang menewaskan 12 orang di sebuah bar California selatan sebagai 'orang sakit'. Sementara itu, penyelidik tengah mencoba mencari tahu motif pelaku yang merupakan seorang veteran Marinir berusia 28 tahun melakukan aksi itu.

Korban penembakan yang terjadi pada Rabu malam di Thousand Oaks termasuk seorang mahasiswa baru berusia 18 tahun di Pepperdine University, seorang penjaga keamanan di bar, lulusan Universitas Lutheran California dan veteran Korps Marinir.

Pelaku Ian David Long, yang bertugas dengan Marinir di Afghanistan, berjalan ke Borderline Bar and Grill dan melepaskan tembakan. Saat itu bar tersebut penuh sesak dengan mahasiswa perguruan tinggi yang sedang menari. Akibatnya 12 orang tewas sebelum pelaku membunuh dirinya sendiri, kata para pejabat penegak hukum.

"Dia adalah pemuda yang sangat sakit," kata Trump tentang pria bersenjata itu, berbicara di Gedung Putih sebelum berangkat dalam perjalanan ke Paris seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (10/11/2018).

FBI saat sedang mencari motif pelaku melakukan penembakan massal terbaru di negara itu. Sheriff Ventura County Geoff Dean mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa Long mungkin menderita PTSD.

"Dia adalah seorang marinir, dia ikut perang, dia berdinas penuh, dia melihat beberapa hal yang sangat buruk," kata Trump.

“Dan banyak orang mengatakan dia menderita PTSD dan itu adalah permasalahan yang sulit,” imbuhnya.

Sekedar informasi PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah kondisi kejiwaan yang dipicu oleh kejadian tragis yang pernah dialami atau disaksikan.

Sebelumnya, CNN melaporkan bahwa Long sempat membuat status di halaman Facebooknya terkait pembantaian itu.

"Saya berharap orang-orang memanggil saya gila ... bukankah itu hanya menjadi ironi besar?"

Dia menambahkan: "Ya .. saya gila, tetapi satu-satunya hal yang dilakukan orang-orang setelah penembakan ini adalah 'harapan dan doa .. dan bertanya-tanya mengapa hal ini terus terjadi. ”

Halaman Facebook itu tampaknya telah dihapus.

Richard Berge, yang tinggal di dekat Long dan merawat anjing-anjing ibunya, mengatakan kepada Reuters bahwa dia telah memberitahunya awal tahun ini bahwa dia khawatir putranya akan bunuh diri tetapi tidak takut dia akan menyakitinya.

Pembantaian Thousand Oaks berlangsung kurang dari dua minggu setelah seorang pria menembak mati 11 jamaah di sebuah sinagog Pittsburgh. Ini memicu perdebatan tentang kepemilikan senjata di Amerika.

Salah satu korban tewas adalah Telemachus Orfanos. Orfanos adalah korban selamat dari penembakan massal di sebuah konser musik country pada Oktober 2017 di Las Vegas yang menewaskan 58 orang. Penembakan Las Vegas adalah insiden terburuk dalam sejarah AS.

"Sudah waktunya bagi para politisi untuk bertindak," ibu Orfanos, Susan Schmidt-Orfanos, mengatakan kepada ABC News.

“Saya tidak ingin doa. Saya tidak menginginkan pikiran,”katanya.

"Saya ingin kontrol senjata dan saya berharap kepada Tuhan tidak ada yang mengirim saya doa lagi," imbuhnya.

Penembakan itu terjadi sehari setelah pemilihan gubernur Demokrat yang mendorong kontrol senjata ketat di negara bagian yang telah memiliki beberapa undang-undang senjata api paling ketat di negara itu.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4609 seconds (0.1#10.140)